Profil Desa Tincep

"....."

Logo Desa Tincep

Logo Desa

"""""""....."

.....

Sejarah Desa Tincep

          Menurut cerita para tua-tua adat Desa Tincep  berdasarkan tuturan para leluhur mereka jaman dahulu   Desa Tincep berasal dari kata ″ SICEP″ yang artinya Penangkap. Konon sebelum ada Desa Tincep, wilayah ini masih diliputi hutan yang lebat. Tersebutlah ada wilayah sebelah selatan yang saat ini bernama Kiawa yang dikenal memiliki populasi penduduk yang padat. Demi mencari wilayah pemukiman baru sekaligus sebagai tempat untuk bercocok tanam, mereka mendapati di sebelah utara wilayah yang sesuai dengan keinginan mereka. Akhirnya, sedikit demi sedikit warga kiawa ini mulai merombak hutan untuk dijadikan lahan petanian dan menetap disana dengan menamainya Desa Sonder. Asal katanya sering disebut Simondek, Sondek atau Sondel.

              Penuturan para tetua desa, dahulu ada seorang Datuk (Waraney) berasal dari Sonder (Mawale Talikuran) yang bernama TOALU (nama lengkap Montolalu alias Toalu). TOALU merupakan seorang pemburu, bekas tentara KNIL Hindia Belanda. Ketika TOALU menelusuri hutan disebelah barat dengan mengikuti aliran sungai Munte, memandang lebatnya hutan disebelah barat pemukimannya, Toalu langsung memastikan bahwa tempat tersebut merupakan wilayah tak bertuan. Belum habis sang Waraney ini terkagum-kagum dengan tempat yang baru saja ditemuinya, tiba- tiba dari kejauhan sayup-sayup tedengar suara teriakan orang yang sepertinya sedang bersukaria. Keingintahuannyapun langsung muncul. Perlahan-lahan, dia mencari tempat yang tinggi mencoba mengintip apa gerangan yang ada. Ternyata dari tempatnya berpijak, terdapat sebuah kolam (Wunong) yang sekililingnya dipenuhi banyak orang. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung mendatangi tempat tersebut.

              Kendati Toalu belum mengenal betul akan berhadapan dengan siapa, dia memberanikan diri untuk bertanya. “Siapakah yang memiliki kolam ini?”  tutur TOALU bertanya dengan sopan kepada beberapa warga. “ Noma… Sikep Noma… Meimo Sumikep… ca’mo luminga, sikep Noma” jelas mereka dengan bahasa Tombulu.

              Ada satu ketentuan adat yang tidak tertulis, namun harus dipatuhi dan dihormati apabila seseorang telah biasa dan menetap dan memasang perangkap untuk binatang di dalam hutan, maka orang lain tidak berani atau enggan untuk mengganggu lokasi tersebut. Begitupun halnya dengan menetapnya seorang pawang yang bernama Toalu berasal dari Mawale (Talikuran Sonder).

              Hari berganti hari, Toalu pun semakin sering mendatangi tempat yang ditemuinya ini. Dia terus mempelajari situasi dan kondisi tempat ini. Setelah sekian lama, ia mengambil kesimpulan, orang-orang Tombulu ini ternyata hanya di waktu-waktu tertentu saja mendatangi tempat tersebut. Keadaan ini terjadi bila sejenis kayu yang bernama Walantakan musim berbunganya tiba. Sebab anggapan mereka, disaat berbunga akan bersamaan dengan datangnya musim ikan. Toalu pun disaat musim ikan mengajak teman-temannya untuk pergi menangkap ikan dan udang di tempat ini. Cara yang mereka gunakan yakni, dengan meraba satu per satu (… sikep.. sikop…). Artinya, menangkap satu per satu. Bahkan di tempat ini juga ditemui populasi unggas seperti burung Sikep (sejenis Elang).

              Berdasarkan sifat mereka yang berpindah-pindah, wilayah hutan yang mereka tinggalkan menjadi hutan muda. Bagian utara desa yang bernama Pa’asun atau lebih dikenal dengan Panikepan diambilah nama TINCEP.

              Dalam upacara yang sudah direncanakan, dipilih hari untuk pelaksanaan Tumani. Segala yang behubungan dengan upacara Tumani ini diatur oleh Toalu. Diantaranya, seperti batu Tumotowa dan mengundang beberapa Tonaas dari Sonder dan sekitarnya. Upacara Tumani dipimpin langsung Toalu sambil memanjatkan doa kepada “Amang Kasuruan Wangko Si Mae’ma im Baya Waya” (Tuhan Pencipta Semesta Alam). Para Tonaas pun menyambutinya dengan menyebutkan tempat tersebut dengan Sikep atau Sikop yang kemudian berubah sebutan lengkapnya menjadi Tincep oleh penguasa pada saat itu.

Bukti sejarah yang menunjukkan asal usul Desa Tincep yakni ditemukannya Batu Tumotowa dan Puser in Tana’.

              Proses pembentukan dan perkembangan wilayah pemukiman penduduk di Desa Tincep sangat dipengaruhi oleh salah satu cara hidup suku Minahasa yang suka berpindah-pindah tempat tinggal. Hali ini disebabkan oleh faktor pencarian sumber makanan dan tanah yang cocok untuk bertani, ataupun karena kepadatan penduduk dan bencana alam. Awalnya wilayah Tincep yang adalah Hutan belukar yang kosong penduduk, dan dijadikan lahan pertanian sambil dibuat tempat penginapan oleh beberapa keluarga yang berasal dari desa “Kiawa” yang terkenal padat penduduknya. Lama kelamaan tempat itu dijadikan wilayah pemukiman juga. Awalnya hanya terdapat beberapa keluarga dengan seorang pemimpin suku (Tonaas) yang bernama “TOALU”. TOALU sendiri berasal dari Sonder (mawale-talikurungan). Tonaas inilah yang dipandang sebagai pemimpin yang patut dihormati. Seorang Tonaas itu harus mempunyai kualifikasi antara lain :

·       Tonaas itu WARANEY, artinya pemberani

·       Tonaas itu harus Nama tua, artinya mengetahui  bunyi burung

·       Tonaas itu harus Tuama, artinya sanggup mengatasi setiap tantangan yang menghadang

Adapun kelompok-kelompok keluarga yang pertama mendiami Tincep bersama Tonaas tersebut adalah :

a.       Toalu sebagai Tona’as

b.       sompotan

c.       rumagit

d.       mumu

e.       walewangko

f.        kelung

g.       lapian                                                                                                                                                           

     Mereka ini membentuk dan membuka lahan pemukiman di bagian utara-timur-laut desa Tincep adalah lokasi daerahpekuburan desa Tincep. Kemudian ada beberapa kelompok lain di Minahasa yang menggabungkan diri membentuk pemukiman di desa Tincep ini, antara lain :

a.       Pangkey dari Tumumpa

b.      Pangalila dari Manado

c.       Wajongkere dari Langowan

d.      Rumokoy dari Suluun

e.       Tujuwale dari Koreng

f.        Rumagit dari Tondano

g.       Karundeng dari Warembungan

h.      Palar dari Leilem

i.         Supit dari Tomohon

j.         Semet dari Manado

k.       Kojo dari Suluun 

         Penduduk terus berkembang dengan adanya beberapa penduduk yang berasal juga dari luar daerah Minahasa, seperti Jawa, Sumatera, Ambon dan Sangihe Talaud. Hal ini menyebabkan meluasnya daerah pemukiman. Pemukimanpun berkembang kearah selatan hingga ke tempat yang bernama “langsot” yang terletak di tenggara Tincep. Kemudian penduduk juga menyebar kearah barat desa hingga berbatasan dengan objek wisata air terjun.

         Desa Tincep secara hukum adat berdiri sejak Tahun 1776 dengan dilaksanakannya upacara pendirian desa yakni upacara Tumani oleh “ Toalu”. Dalam upacara yang sudah direncanakan dipilih hari untuk pelaksanaan Tumani. Segala yang berhubungan dengan upacara Tumani ini diatur oleh Toalu. Diantarnya seperti  Batu Tumotoa dan mengundang beberapa Tonaas dari Sonder dan sekitarnya.

         Upacara Tumani dipimpin langsung Toalu sambil mamanjatkan doa kepada “Amang Kasuruan Wangko Si Mae’ma im Baya Waya” (Tuhan Pencipta Semesta Alam). Para Tonaaspun menyambutinya dengan menyebutkan tempat tersebut “sikep” atau “sikop” yang kemudian berubah sebutan lengkapnya menjadi Tincep oleh penguasa pada saat itu. Bukti sejarah yang menunjukkan  asal usul desa Tincep yakni ditemukannya Batu Tumotowa dan Puser in Tana’. Batu Tumotowa sendiri menunjukkan pendirian/pengesahan berdirinya sebuah kampung di Minahasa.

Kondisi Geografis Desa Tincep

Kondisi geografis berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk ketinggian pemukiman serta luas pemukiman dan batas wilayah yang terinci berikut ini.

1.        Luas Wilayah                 :       1120 Ha

2.        Luas Pemukiman           :       16     Ha

3.        Ketinggian wilayah        :         Sekitar 350 Mdpl

Hubungi Kami

Kantor Desa Tincep siap melayani Anda selama jam kerja. Silakan hubungi kami melalui kontak berikut:

7PGW+GXQ, Balai Desa Tincep, Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara
(+62) 742-0405
test@example.org
Mrs. Elyse
Balai Desa Tincep